Ziarah ke Madinah: Masih belum layak menemui Nabi Muhammad SAW

Sabtu 16 November 2019 setelah shalat Ashar kami berangkat ke Madinah. Namun yang mengantar kami adalah orang yang berbeda dengan yang sebelumnya biarpun sama-sama dari keluarga Al-Harbi, driver yang ini lebih muda dan mobilnya juga berbeda meskipun sama-sama GMC.

Dalam perjalanan ustadz Agus bercerita bahwa kota Madinah dahulu ada kota wabah karena banyak orang sakit hingga akhirnya Nabi Muhammad SAW mendoakan supaya Madinah tidak lagi menjadi kota wabah namun menjadi kota berkah. Ketika ustadz Agus menceritakan ini entah kenapa saya mendapat semacam firasat bahwa saya akan sakit di Madinah.

Perjalanan dari Makkah ke Madinah kurang lebih 5 jam dan sempat beristirahat. Sebelum berangkat gejala batuk ringan sudah hilang, hanya masih merasakan agak gatal pada tenggorakan saja. Namun begitu tiba di Madinah saya mulai merasa demam namun masih merasa kuat, sempat beli makanan/minuman di toko di dekat hotel sambil menunggu urusan check in hotel Concorde Dar Al-Khair selesai.

Sekitar pukul 10 malam waktu Saudi, kami sudah meletakkan koper barang masing-masing di kamar. Ortu dan adik berangkat ke restoran untuk malam, sedangkan saya yang merasa gerah mau mandi dulu. Karena saya merasa demam ini biasa saja, maka cuek aja mandi, biasanya juga gpp kok. Namun begitu saya mulai mandi air shower sudah menyirami anggota badan dari atas kepala sampai kaki, baru sebentar langsung serasa agak black out. NGIIIING. Badan tiba-tiba menggigil, susah digerakkan, pegel linu, ngilu, sakit kepala dan pusing tujuh keliling, dan badan ini bisa tumbang kapan saja. Alhamdulillah saya masih kuat sehingga masih bertahan dan tidak pingsan. Mandi tidak dilanjutkan dan langsung ke tempat tidur, karena sudah lapar dan ga kuat kemana-mana, saya makan makanan yang sempat saya beli tadi, setelah itu lanjut rebahan di tempat tidur sambil menggigil. Ini baru pertama kali saya mengalami hal seperti ini, jadi agak shock dan saat itu sering terpikir, “Kalau saya mati, yaa mati dah!”

Rasa terlalu optimis dan percaya diri tidak akan sakit di Saudi ketika masih di rumah sehingga tidak mau bawa obat antisipasi malah berbalik ke diri saya sendiri. Alhamdulillah ibu bawa Panadol Merah satu strip kurang, dan ini bisa saya minum sebagai ikhtiar mengobati penyakit.

Ahad 17 November 2019, seharian ini istirahat di tempat tidur, 3x sehari minum Panadol Merah, pusing sudah berkurang, demam sudah turun, namun badan masih pegal linu, sepanjang hari tidur…bahkan sampai bermimpi yang aneh bin ga jelas. Mimpi aneh bin ga jelas saat lagi sakit memang membuat perasaan ga enak. Jadwal hari ini adalah acara bebas sambil menjelajahi Masjid Nabawi, dan ini menjadi terlewatkan T_T

Jadwal Senin 18 November 2019 adalah Madinah City Tour. Secara umum sudah lebih baik, sudah tidak pusing, namun masih ga enak badan saja plus sekarang ditambah flu. Saya berusaha untuk beraktifitas hari ini dan ikut Madinah City Tour pagi ini. Dimulai dengan pergi ke Masjid Quba untuk shalat sunnah (ada pahala seperti pahala umrah), ke makam para syuhada Uhud mendoakan Hamzah dan sahabat lainnya radhiyallahu anhum, ke kebun kurma dan diakhiri ke toko oleh-oleh. Sebelum pukul 12 siang sudah tiba kembali di hotel, dan bisa shalat Zhuhur di masjid Nabawi setelah itu dilanjutkan untuk beristirahat makan siang.

Pukul 2.30 siang, bapak dan saya pergi bersama ke masjid Nabawi dengan tujuan shalat Ashar berjamaah, ke Raudhah, dan ziarah ke makam Nabi. Bapak sudah beberapa kali ke Raudhah dan ziarah (apalagi kalau ditambah yang sudah lama), namun ini yang pertama kali buat saya. Alhamdulillah berhasil shalat Asar berjama’ah satu ruangan di samping Raudhah, setelah itu shalat sunnah, zikir, doa dan itikaf di Raudhah sekitar setengah jam (ga bisa lama-lama karena harus bergantian dengan jamaah yang lain + diingatkan askar untuk diselesaikan).

Setelah di Raudhah ziarah ke makam Nabi dan dua shahabat terbaiknya Abu Bakr dan Umar. Di sini jangan harap bisa berlama-lama karena memang banyak orang yang mau ke sini, jadi hanya sebatas jalan dan melewati makam ketiga orang mulia serta tidak lupa mengucapkan salam. Biarpun cuma sebentar, namun ini termasuk momen yang sangat berharga dan tidak akan dilupakan.

Besok siang setelah Zhuhur kami akan berangkat ke Bandara Jeddah, dan bagi saya pribadi saya merasa kecewa dan tidak puas karena tidak bisa menjelajahi Masjid Nabawi dan Madinah dengan maksimal. Dilanda ujian sakit membuat banyak hal terjadi di luar dugaan. Saya tidak tahu pasti saya sakit apa karena tidak dicek ke dokter, namun kalau dilihat tanda-tandanya sepertinya saya kena influenza Arab Saudi, padahal waktu di Indonesia saya sempat divaksin influenza, ternyata virus influenza di sini sudah berkembang biak sedemikian rupa sehingga divaksin pun menjadi tidak/kurang ampuh & bermanfaat. Walau bagaimanapun semuanya adalah ujian dan takdir Allah yang seharusnya dihadapi dengan penuh kesabaran dan keridhaan. Apakah ini juga adzab/hukuman dari Allah SWT? Mungkin juga, dan saya meminta ampun atas semua dosa-dosa saya kepada Allah. Ampuni hamba-Mu yang lemah dan penuh dosa ini yaaa Allah.

Dan seolah-olah saya merasa belum pantas menemui Nabi Muhammad SAW, dan tidak mendapatkan sambutan terbaik di Madinah. Seolah-olah ada seorang Shahabat Nabi yang berkata kepada saya, “Allah SWT menerima semua hamba-hamba-Nya termasuk yang mendatangi Ka’bah Baitullah, sehingga kamu dapat berbuat apapun sesuai yang kamu inginkan di Makkah. Namun kamu masih belum layak menemui Nabi Muhammad SAW, kamu memang diterima di Madinah dan Masjid Nabawi namun tidak dengan sambutan yang terbaik.”

Atau seolah-olah ada yang berkata, “Urusan Surga Neraka adalah urusan Allah. Seandainya kamu masuk Surga, maka kamu berada di level Surga yang jauh di bahwa level Nabi Muhammad SAW yang tidak mungkin dapat kamu temui di sana meskipun sama-sama di Surga.”

Saya tahu diri, dan berharap berada di Surga yang sama dengan Nabi Muhammad adalah harapan yang bisa dibilang mustahil. Saya tahu saya pribadi, tahu amalan saya, tahu level rasa cinta terhadap Allah dan Rasulullah, dan saya tidak percaya diri berharap dan akan berada di Surga yang sama dengan Nabi. Saya hanya bisa mencintai Allah dan Rasulullah sesuai kadar yang saya miliki dan beramal ibadah semaksimal yang saya bisa, dan saya hanya bisa berharap bisa masuk Surga, tidak apa-apa di level Surga yang sangat jauh di bawah level Nabi, tapi saya masih dapat diizinkan bertemu dan bercakap-cakap dengan beliau meskipun cuma sebentar.

Bersambung ke bagian khatimah (penutup)

19 November 2020

One response to this post.

  1. […] Ziarah ke Madinah: Masih belum layak menemui Nabi Muhammad SAW […]

    Reply

Leave a comment