Kontrol Beruntun di RSUP Fatmawati

Selasa 13 Agustus 2019

Mulai, hari Selasa ini saatnya kontrol beruntun di RSUP Fatmawati, dan kami akan bolak-balik ke RS. Hari Selasa pagi kami sudah tiba di RSUP Fatmawati, istri menunggu antrian  tes laboratorium lengkap sedangkan saya mengantri untuk pendaftaran poli kandungan dan kebidanan.

Jam 9.10 WIB istri sudah selesai, hasil lab baru dapat diambil besok. Jam  10.03 WIB istri dipanggil ke ruang USG. Di ruang ini hanya boleh istri yang masuk, suami tidak boleh menemani. Di ruangan ini ternyata lumayan menghabiskan waktu banyak, begitu saya tanya istri ternyata dokter kandungan yang pertama agak kesulitan ketika memeriksa istri, dokter ini kesulitan mencari anggota tubuh seperti tangan, kaki, jenis kelamin, dsj entah karena dokternya masih baru atau faktor lain, akhirnya dokter kandungan laki-laki yang lebih senior dipanggil, dokter Fadli, Sp.Og memeriksa istri dengan USG dengan cepat dan sudah terbiasa, hasilnya semuanya bagus, semua letak bagian tubuh dapat diketahui dan normal, air ketuban cukup, jenis kelamin laki-laki, bahkan dokter ini memuji hidung dan bibir janin bayinya.

Dokter Fadli juga sempat bertanya kepada istri tentang biasa kontrol di mana, istri menjawab di RSIA Prima Medika. Dr. Fadli ternyata tahu mengenai lokasinya dan tahu hubungannya dengan dr. Angga 🙂

Rabu 14 Agustus 2019

Jadwal hari ini bertemu dengan dokter spesialis jantung dan mengambil hasil laboratorium.  Jam 7.30 istri sudah mengambil hasilnya, dan ternyata hasil tes darah rutin yang sekarang ini nilainya malah lebih rendah daripada hasil terakhir 3 Agustus 2019. Sedangkan hasil lain yang dites insya Allah bagus dan normal.

Pukul 10.30 istri ditensi dan hasil laboratorium diminta oleh perawat. Tidak lama kemudian bertemu dengan dokter spesialis jantung. Dokternya sudah tua dan sepuh, beliau menanyakan ada apa kontrol ke sini, dan kami menjawab apa adanya mengenai rencana persalinan yang ada kemungkinan normal dan operasi.

Istri diminta untuk berbaring di tempat tidur periksa dan istri hanya dicek denyut jantung dan sejenisnya oleh dokter. Hanya sebentar periksanya, dapat persetujuan dari dokter ini, dan besok lanjut kontrol ke dokter spesialis penyakit dalam.

Kamis 15 Agustus 2019

Sekitar pukul 10.30 istri dipanggil menemui dokter spesialias penyakit dalam bernama dr. Radhiyatam Mardhiyah, Sp.PD, perempuan berhijab yang relatif masih muda dan saat itu mengenakan masker. Bersama beliau kami banyak berkomunikasi dan membicarakan riwayat istri dari awal hingga sekarang. Kami menjelaskan bahwa sebelum hamil hasil tes lab darah rutin semuanya normal dan bagus, begitu memasuki bulan ke-4 kehamilan nilai sel darah merah Hb turun menjadi 9.3 lalu menjadi 9.6 setelah mengkonsumsi Hemobion. Nilai darah rutin Hemoglobin dan Trombosit malah turun drastis semenjak usia kandungan 35 Minggu di akhir Juli 2019 yang kami juga bingung penyebabnya apa.

Di antara hal penting lainnya dari pembicaraan kami ini ternyata nilai Hb 9.3 – 9.6 yang walau tergolong rendah dari nilai normal (12) tapi masih dianggap masih wajar dan dapat memadai untuk persalinan oleh dr. Angga, tapi menurut dr. Mardhiyah nilai tersebut tidak normal dan harus dicari tahu penyebab dan diobati.

Epilog dari pembicaraan kami adalah dr. Mardhiyah menyetujui operasi tanggal 20 Agustus 2019 dengan catatan :

  • Harus mendapat persetujuan dari dokter spesialis anastesi besok Jum’at 16 Agustus 2019.
  • Jika sudah mendapat persetujuan dari anastesi, istri harus mulai rawat inap sejak Jum’at sore atau Sabtu pagi. Karena istri harus mulai menyiapkan diri untuk  operasi seperti transfusi darah supaya nilai darah rutinnya cukup dan memadai untuk operasi.
  • Bicarakan hal ini kepada perawat bagian IGD. Dan jika besok sudah dapat persetujuan dari anastesi, langsung lapor ke perawat bagian kandungan dan kebidanan.

Tambahan: Istri baru sadar bahwa dokter spesialis penyakit dalam yang dulu sempat mengunjunginya ketika dirawat di HCU adalah dr. Mardhiyah ini. Qadarullah. Everything’s connected.

Jumat 16 Agustus 2019

Hari ini sempat diawali kendala, setelah mengantri pendaftaran pada pagi hari, ternyata formulir kontrol yang dicetak oleh petugas (Dilan) salah, seharusnya kontrol ke bagian anastesi tapi ternyata malah bagian kandungan dan kebidanan. Akibatnya kami yang lumayan sudah lama menunggu di ruang anastesi malah dipanggil ke bagian kebidanan, dan karena perawat tahu kami seharusnya kontrol ke anastesi, perawat memberitahu bahwa ada kesalahan formulir kontrol dan harus diganti ke bagian pendaftaran. Perawat juga mengingatkan bahwa walaupun yang mencetak adalah petugas, pendaftar tetap harus mengecek kembali hasil cetaknya karena ada kemungkinan salah. Jadi setengah insiden ini adalah kesalahan saya juga karena tidak mengecek dan karena terlalu mempercayai petugas yang bernama Dilan (berdasarkan reputasinya yang sebelumnya selalu benar).

Buru-buru saya ke bagian pendaftaran untuk minta penggantian karena hari Jum’at pendaftaran poliklinik ditutup pada pukul 10.00 WIB. Alhamdulillah masih keburu, dan akhirnya mempunyai formulir kontrol anastesi, kami menunggu lagi lebih lama dan akhirnya siang hari istri dipanggil ke ruangan anastesi.

Di sini saya bertemu dengan dokter perempuan berhijab relatif masih muda yang bernama dr. Retty Widiastuti M. SpAn. Bersama beliau kami juga berkomunikasi cukup banyak yang intinya kurang lebih sama seperti yang kami ceritakan pada dr. Mardhiyah, Sp.PD.

Dr. Retty bertanya mengenai obat apa yang sekarang masih dikonsumsi, kami menjawab dengan menyebut beberapa obat, lalu beliau menyarankan supaya untuk sementara obat Thrombo Aspilet jangan dikonsumsi dulu, kebetulan sudah beberapa hari istri tidak mengkonsumsinya.

Epilog pembicaraan dr. Retty juga menyetujui operasi tanggal 20 Agustus 2019 dengan catatan nilai Hemoglobin minimal 10 dan nilai Trombosit minimal 80ribu.

—-

Setelah ini kami langsung menemui perawat di bagian kandungan dan kebidanan. Saya menceritakan apa yang harus saya ceritakan sebagaimana instruksi dr. Mardhiyah, setelah dapat persetujuan dari dokter anastesi, istri perlu dirawat inap mulai Jum’at sore atau Sabtu pagi. Tapi respon dari perawat belum jelas dan hanya menjawab supaya kami menunggu di ruang tunggu kandugan dan kebidanan.

Belasan menit belum ada panggilan, dan ketika dalam masa penungguan yang tidak jelas ada telepon masuk yang ternyata sudah missed beberapa kali (ketika dalam ruangan anastesi). Saya mengangkat telepon, ternyata saya dihubungi oleh perempuan yang mengatakan bahwa dia dari RSUP Fatmawati. Beliau menanyakan tentang apakah sudah bertemu dokter spesialis anastesi, saya menjawab sudah dan sudah setuju. Setelah berterima kasih telepon ditutup. Saya baru ingat setelah ditelepon seharusnya saya cerita lebih banyak lagi, saya cek nomor teleponnya ternyata nomor ponsel, belakangnya  xxxxxx910. Saya simpan  dan saya cek ternyata ada Whatsapp-nya, profilnya saat itu seorang anak perempuan, jadi saya belum tahu siapa yang menghubungi itu. Berhubung saya agak segan menelpon, jadi saya putuskan untuk mengirim pesan WA, di sini saya tulis pesan agak panjang namun jelas dan detil yang menceritakan ringkasan kronologi dari dokter IPD, dokter anastesi, hingga kondisi sekarang yang masih menunggu apa yang tidak tahu ditunggu. Saya bertanya apakah istri saya harus dirawat Jum’at sore ini, atau Sabtu pagi, atau gimana? Saya mohon info dan penjelasannya.

Pesan WA itu dibaca namun tidak dibalas. Entah kenapa walau tidak dibalas saya yakin orang ini akan membantu kami*. Setelah beberapa lama waktu penantian, sekitar jam 2.40 siang saya dipanggil oleh perawat bagian kandungan dan kebidanan, saya diminta untuk ke ruang pendaftaran rawat inap yang ada di lantai 1, dan setelah itu saya harus kembali ke sini.

Pukul 15.00 WIB saya sudah di ruang pendaftaran rawat inap, dan saya langsung diminta untuk mengisi formulir.  Petugas bertanya tentang kelas BPJS saya, lalu menanggapi bahwa kamar kelas I di sini sudah penuh semua, adanya kelas II dan kelas III.

“Sebenarnya dokter memberi opsi boleh dirawat sejak Jum’at sore ini atau Sabtu pagi, enaknya gimana ya Pak?”

“Terserah Bapak, mau sekarang boleh, mau besok pagi juga boleh. Tapi kalau besok pagi, maka prosesnya harus dari IGD dan itupun belum tentu dapat kamar. Kalau proses sekarang bisa di sini dan pasti dapat kamar walaupun di kelas II atau kelas III.”

“Baik pak, saya pilih rawat inap sekarang saja. Kalau saya request upgrade ke VIP apakah bisa?”

“Bisa, tapi biayanya mahal. 50% biaya total kelas I harus dibayar.”

“hmmmm….(mikir).”

“Percaya sama saya, totalnya pasti sangat mahal, jadi lebih baik jangan pindah ke VIP.”

“Baik, gpp deh Kelas II :)”

Saya pun mengisi formulir lalu menyerahkannya kepada Bapak petugas. Bapak petugas lalu mengatakan, “Sabar dan silakan menunggu di sini yaa Pak, kita tunggu kamar kelas II yang kosong, begitu ada yang kosong langsung dapat diisi.”

Di sini saya menunggu tidak terlalu lama, Bapak itu menelpon mengecek kamar dan mengatakan ada kamar kelas II yang kosong dan bisa langsung diisi. Saya diminta untuk kembali ke bagian kandungan dan kebidanan.

Setelah menyerahkan berkas yang harus diserahkan ke perawat bagian kandungan dan kebidanan, kami diantar oleh petugas ke gedung Teratai, lantai 2 ke ruang kamar di kelas II. Sekitar pukul 5 sore, istri sudah dapat berbaring di tempat tidurnya dan episode rawat inap menjelang persalinan akan segera dimulai.

 

 

BERSAMBUNG KE BAGIAN SELANJUTNYA!

Tanggal Selesai Penulisan dan Publikasi 4 Desember 2019

 

* Seminggu setelah persalinan, kami masih penasaran tentang pemilik nomor ***910 yang menelpon dan membantu kami, saya cek profil WA-nya berubah menjadi foto diri berhijab yang sedang memangku anak perempuan.  Saya cek sepertinya ada kemiripan dengan dr. Radhiyatam Mardhiyah, Sp.PD, tapi saya belum begitu yakin karena saya hanya pernah bertemu sekali saja, itupun beliau mengenakan masker. Saya tanya kepada istri dan perlihatkan foto ini, dan istri memastikan bahwa foto ini adalah memang dr. Mardhiyah. Dengan asumsi hal ini benar, kami sangat berterima kasih kepada beliau. Terima kasih banget dokter mau repot-repot menghubungi dan membantu kami hingga akhirnya istri dirawat inap sejak 16 Agustus 2019, yang kemudian terus membantu dan memantau keadaan istri hingga akhirnya istri dapat melahirkan dengan selamat keduanya, dan istri & bayi dapat pulang ke rumah beberapa hari kemudian dalam keadaan sehat. Semoga Allah membalas kebaikan Bu dokter dengan balasan yang terbaik . Aamiin.

 

One response to this post.

Leave a comment