Persalinan di RSUP Fatmawati

Jumat 16 Agustus 2019

Jumat sore istri sudah dirawat di ruang kelas II gedung Teratai RSUP Fatmawati. Seperti biasa standar rawat inap adalah pemberian infus, lalu juga ada pengambilan darah untuk dites. Karena kami sama sekali belum membawa persiapan apapun, saya memutuskan pulang ke rumah untuk menyiapkan perlengkapan, bahkan istri menyarankan saya untuk menginap di rumah saja, yang penting besok pagi sudah ada di RS lagi.

Di rumah saya menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan istri dan bayi, alhamdulillah khusus perlengkapan bayi sudah disiapkan satu tas khusus dari jauh-jauh hari oleh istri, jadi saya tinggal menyiapkan perlengkapan buat istri dan saya saja.

Sabtu 17 Agustus 2019

Berdasarkan info dari istri, pada pukul 01.00 WIB, istri mulai ditransfusi dan habis 5 kantong. Pada pukul 06.00 WIB istri sudah mulai keluar sedikit darah, istri khawatir sepertinya sudah mulai kontraksi.

Saya tiba di RS sekitar pukul 07.30-08.00, saya mengobrol dan menanyai keadaan istri, lalu tidak berapa lama kemudian istri ingin ke toilet, begitu di toilet istri memanggil saya ternyata istri keluar darah lagi yang jumlahnya lumayan banyak. Istri saya pinta untuk istirahat di tempat tidur biar ini saya bersihin. Sebelum dibersihkan saya foto dulu darah yang keluar tersebut persiapan untuk diperlihatkan ke dokter.

Saya keluar mencari dokter, kebetulan ada dr. Octaviani, Sp.Og, saya meminta dokter ke ruangan dengan memberitahu istri keluar darah. Dokter Octaviani datang dan menanyai istri, ketika dokter bertanya darahnya banyak atau tidak, saya langsung memperlihatkan foto yang tadi sempat saya jepret. Dokter memperhatikan foto dengan seksama, lalu dokter menyiapkan perlengkapan untuk memeriksa bagian dalam istri. Setelah dicek ternyata istri sudah memasuki pembukaan 1.

Dokter bertanya apakah istri sering mules secara teratur, dan dijawab kadang mules kadang engga. Dokter meminta kami untuk mencatat ritme waktu mules istri mulai dari pukul 10.30. Dan pada saat itu istri kembali ditransfusi lagi sebanyak kurang lebih 5 kantong.

Saya ikut mencatat waktu begitu ada mules atau ketika keluar darah lagi. Dokter selalu meminta laporannya, dan laporan terakhir saya sampaikan sebagaimana keadaan sebenarnya.

Sekitar pukul 1 Siang, dokter datang lagi sepertinya habis berkomunikasi dengan dr. Angga, dr. Octaviani mengatakan bahwa istri harus pindah ke High Care di gedung Bougenville untuk mendapat perawatan yang lebih baik dan lengkap.

Beberapa waktu kemudian datang perawat yang meminta kami bersiap untuk pindah. Akhirnya kami pindah ke High Care, di sana kami bertemu kepala perawat dan beberapa perawat yang masih mengingat istri, mereka bertanya, ” Kenapa istri saya balik lagi ke sini padahal dulu udah pulang?”

“Istri sekarang mau lahiran, pembukaan I”

“Oh, pembukaan I masih lama. Ga perlu masuk ke ruang khusus, cukup masuk ke ruang High Care yang biasa saja.”

Ternyata sekarang istri masuk ke ruang High Care yang biasa, satu ruang yang cukup luas yang dapat diisi 4 pasien. Berbeda dengan ruang khusus yang ada beberapa ruangan yang satu ruang berisi satu pasien. Di sini sudah ada 2 pasien yang lebih dulu masuk, 1 pasien sudah melahirkan.

Di ruangan ini istri sering didatangi perawat untuk dicek dan sebagainya,  dokter juga datang pada jam kunjungannya masing-masing. Awalnya saya sempat mengira kalau di ruang High Care yang biasa ini boleh tidur di lantai dekat tempat tidur pasien, ternyata tetap tidak boleh sehingga kalau mau menginap dapat di ruangan tunggu. Dan dalam beberapa waktu pasien juga sama sekali tidak boleh ditemani suami di ruangan, seperti ketika perawat ingin memeriksa pasien lebih privat, atau ketika kunjungan dokter.

Kondisi terakhir istri ketika dicek oleh perawat pada malam hari adalah sudah memasuki pembukaan 2. Karena sudah malam, saya tidur di kursi ruang tunggu, dan walaupun kondisinya tidak nyaman dan lumayan ramai, entah kenapa malam itu saya bisa tidur nyenyak seperti tidak ada kekhawatiran sama sekali.

18 Agustus 2019

Kondisi istri pada pagi hari terlihat biasa saja dan pembukaan masih belum nambah lagi. Pada pukul 09.00 WIB orangtua datang, saya menemui mereka berdua dan tentu bercerita tentang kondisi istri. Setelah itu orangtua meminta saya untuk pulang saja untuk beristirahat sambil menyiapkan persiapan lain dan kembali sore hari. Awalnya saya menolak karena merasa sudah cukup beristirahat, namun orangtua memaksa sehingga akhirnya saya menuruti. Saya memberitahu istri bahwa ada orangtua dan hendak pulang dulu dan kembali sore hari. Siang hari saya pulang ke rumah untuk istirahat dan menyiapkan persiapan lain yang mungkin belum dibawa.

Saya tiba di RS pada saat adzan Isya berkumandang dan orangtua langsung berpamitan. Saat saya datang ke tempat istri, istri baru saja selesai diperiksa oleh dokter karena sudah jam kunjungan dokter. Saya menanyai kondisi istri dan minta diceritakan apa saja yang sudah terjadi hari ini. Di antara berita mengejutkan adalah bahwa kemungkinan besar istri akan dioperasi caesar pukul 08.00 WIB 19 Agustus 2019, dan istri diminta berpuasa sejak pukul 10 malam.

Berbeda dengan semalam, malam ini istri meminta saya untuk menemaninya terus dan tidak mengizinkan saya tidur di ruang tunggu. Saya mengerti keadaannya dan saya penuhi permintaannya untuk menemaninya. Sebenarnya kami mengharapkan dan berdoa untuk dapat persalinan normal, namun kalau caesar ini yang terbaik kami pasrah dan berserah diri saja kepada Allah SWT. Kami terus berdoa kepada Allah supaya diberikan yang terbaik.

Senin 19 Agustus 2019

Pukul 12.00 istri kembali ditransfusi beberapa kantong lagi. Pukul 01.00 WIB dini hari saya dipanggil ke ruang perawat HCU. Di sini saya diminta untuk menandatangani surat persetujuan operasi Caesar. Karena saya masih mengharapkan kemungkinan normal dan ingin bertanya lebih detil ke dr. Angga, saya bertanya kepada perawat apakah boleh saya berkonsultasi dulu ke dr. Angga. Sayang sekali perawat tidak mengabulkan dengan alasan dr. Angga sedang istirahat di rumahnya dan jam konsultasi telepon sudah lewat.

Oleh karena itu dengan berat hati, suka tidak suka, mau tidak mau, saya menandatangani surat persetujuan operasi Caesar, termasuk persetujuan KB Spiral istri selama 7 tahun. Hal ini sempat saya tolak juga tapi penolakan saya ditolak lagi oleh perawat dengan alasan istri harus KB spiral 7 tahun berdasarkan kondisi istri saat ini. Penantian 3 tahun buah hati dianggap tidak terlalu lama oleh perawat, dan kata perawat pelepasan KB spiral dapat dilakukan oleh dokter yang mungkin bisa lebih cepat dari waktu seharusnya.

Selesai tanda tangan, saya kembali menemui istri dan menceritakan hal tersebut kepadanya. Kami sudah pasrah dan berserah diri saja kepada Allah SWT. Kami terus berdoa kepada Allah supaya diberikan yang terbaik.

Pukul 01.20 WIB, ada pasien sebelah yang pecah ketubannya sehingga harus segera melakukan proses persalinan. Beberapa waktu kemudian terdengar suara tangisan bayi, alhamdulillah persalinan mereka berjalan lancar dan selamat.

Pukul 02.00 WIB istri keluar darah banyak, dan kebetulan sedang ada perawat  yang tadinya akan menyuntik pengurang rasa mules. Kami menceritakan hal tersebut, lalu perawat bersiap untuk melakukan pengecekan dalam. Setelah dicek ternyata istri sudah memasuki pembukaan 8, perawat lalu berkoordinasi dengan perawat lain dan juga dokter  kandungan yang sedang berjaga.

Pukul 02.20 kami segera pindah ke ruang persalinan HCU, beberapa pakaian bayi, kain bedong, dan selimut disiapkan. Kendi untuk ari-ari sudah disiapkan dari RS (tinggal mengganti harganya saja nanti).

Di ruang persalinan sudah ada beberapa dokter kandungan dan perawat. Ada dokter Rani (dokter perempuan relatif muda tapi terlihat lebih senior karena dokter lain sangat menghormati), dokter Andro JW Karbuy, dan dua dokter muda lain yang sepertinya hadir untuk belajar dan sedikit membantu. (Mohon maaf kalau ada kesalahan penulisan nama *_*).

Dokter memeriksa keadaan bayi ternyata kepala bayi sudah di mulut rahim jadi harus segera dilakukan persalinan. Dokter Rani bertanya apakah istri sudah makan, istri menjawab belum karena tadinya sedang puasa untuk persiapan caesar. Dokter Rani meminta saya untuk mencarikan susu saja untuk energi, saya bertanya apakah susu Ultra boleh, dan susu merek tersebut diperbolehkan oleh dokter. Alhamdullah kebetulan saya sudah menyiapkan banyak stok susu Ultra dan sisa stoknya juga masih cukup banyak, jadi tinggal saya bawa aja tidak perlu repot dan susah beli susu di dini hari 😀

Nilai darah istri ternyata masih dianggap belum cukup untuk persalinan oleh para dokter, jadinya persalinan istri ini dilakukan sambil transfusi darah. Alhamdulillah perawat HCU baik hati membantu dan mengurus sehingga beberapa kantong darah ada yang langsung diambil mereka ada juga yang akan diantar oleh petugas Unit Darah.

Ada posisi tubuh bayi yang kurang pas, sehingga dokter berusaha membetulkan posisinya dengan bekerja sama dengan istri. Setelah posisinya sudah betul, proses persalinan dilanjutkan hingga akhirnya pada pukul 03.30 WIB bayi keluar dari rahim dengan selamat, ibu dan bayi keduanya selamat.

Saya sempat bingung karena bayinya tidak langsung menangis, bayi langsung dibawa oleh perawat dan saya langsung mengikuti mereka. Bayi dibawa ke ruang bayi dan perawat melakukan hisap cairan dari mulut, ternyata ada cukup banyak cairan yang masuk ke mulut bayi sehingga harus dikeluarkan. Setelah keluar semua barulah suara tangisan bayi terdengar, sayapun senang dan terharu. Perawat meminta saya untuk menemani istri saja, urusan bayi biar mereka yang urus.

Saya menemani istri yang sedang dijahit. Dr. Rani sempat melakukan proses penjahitan, tapi kemudian dr. Andro yang melanjutkan. Proses penjahitan ini cukup lama karena sepertinya robeknya cukup lebar, dan juga ada kendala seperti benang jahit dan perlengkapan jahit ada yang habis sehingga butuh waktu untuk mengambilnya kembali.

Karena prosesnya cukup lama, saya jadi sempat mengadzani bayi dan setelah itu memfoto untuk saya kirim kepada keluarga. Proses jahitan selesai pada waktu adzan Shubuh. Setelah itu istri diharuskan untuk pipis dalam waktu beberapa jam. Pukul 08.00 WIB istri sudah dapat pipis dan boleh pindah kembali ke gedung Teratai.

Alhamdulillah…kami sama sekali tidak menyangka bahwa persalinan istri dapat berjalan normal, padahal sebelumnya sudah disiapkan untuk operasi Caesar. Kami sangat bersyukur kepada Allah SWT atau karunianya telah lahir putra kami dengan selamat, sehat, dan normal melalui persalinan normal dengan berat 3Kg, panjang 49cm pada hari Senin 19-08-19 pukul 03.30 WIB. Doakan kami semoga senantiasa sehat dan selamat. Dan semoga putra kami menjadi anak yang shalih, berakhlak mulia, memilikis kill, berbakti kepada orangtua, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Aamiin.

Terima kasih buat semua dokter dan perawat yang membantu istri saya sampai persalinan istri ini selamat. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan balasan yang terbaik. Aamiin.

Sebentar lagi cerita ini TAMAT tinggal bagian EPILOG saja 🙂

Tanggal Selesai Penulisan dan Publikasi 6 Desember 2019

 

 

 

 

 

 

 

One response to this post.

Leave a comment